Pemkot dan DPRD Palopo Gagal Berdialog, Pendemo Ricuh dengan Polisi
SENTRUMnews.com, PALOPO – Ribuan mahasiswa yang tergabung dalam Barisan dari Rakyat (Badar) menggelar aksi demonstrasi di Kota Palopo, Sulawesi Selatan, Senin (1/9/2025). Mereka mengepung Gedung DPRD Palopo dengan membawa sembilan tuntutan.
Massa aksi tiba sekitar pukul 13.00 WITA di Gedung DPRD Palopo, Kelurahan Tobulung, Kecamatan Bara. Sebelumnya, mereka menggelar orasi di titik nol kilometer Palopo, tepatnya di lampu merah Lapangan Gaspa.
Aksi berlangsung selama berjam-jam dengan orasi bergantian. Sekitar pukul 14.00 WITA, Wakil Wali Kota Palopo Akhmad Syarifuddin, Ketua DPRD, serta sejumlah anggota dewan lainnya keluar menemui massa di teras gedung DPRD.
Namun, tak lama kemudian, suasana mulai memanas. Lemparan gelas air mineral melayang ke arah para pejabat, termasuk Kapolres Palopo AKBP Dedi Surya Dharma dan Dandim 1406/Palopo Letkol Inf Windra Sukma Prihantoro.
“Stop-stop jangan ada gerakan tambahan, jangan mudah diprovokasi,” teriak seorang orator dari atas mobil komando.
Lemparan kedua kembali terjadi beberapa menit kemudian. “Dua kali melempar air gelas itu kacanya basah,” kata seorang dalam obrolannya dengan temannya sambil menunjuk lantai yang basah.
Sempat terjadi diskusi antara mahasiswa dan pejabat Pemkot-DPRD, namun orasi dari massa aksi terus berlangsung dan menenggelamkan upaya komunikasi.
“Kita tidak mau dilobi. Jangan mau dilobi dan mudah terprovokasi hanya Jendlap yang bisa,” teriak orator sambil menunjuk massa yang berdialog dengan pejabat.
Dirga Saputra, selaku Jendlap, kemudian mengambil alih pengeras suara dan menginstruksikan agar massa tidak berinteraksi dengan pejabat.
“Semua massa aksi mundur, jangan melewati tiang,” ujar Dirga, yang berdiri sekitar 7 meter dari Wawali dan jajaran DPRD Palopo.
Menjelang azan Ashar, para pejabat memilih meninggalkan lokasi. Ketua DPRD sempat menyampaikan kesiapan untuk berdialog.
“Kami ingin berdialog bersama mahasiswa. Kami siap tempuh kesepakatan bersama,” katanya, di sela-sela azan berkumandang.
Sekitar pukul 15.40 WITA, massa aksi meneriakkan “revolusi” dan mulai masuk ke ruang sidang. Para ketua lembaga organisasi ekstra dan intra kampus duduk di meja pimpinan DPRD, sementara massa memenuhi ruang sidang hingga lantai 2.
Namun, setelah menunggu sekitar 20 menit tanpa kehadiran pihak DPRD, massa keluar dari gedung. Sekitar pukul 16.05 WITA, saat seluruh massa telah melewati pagar, suasana kembali memanas.
Dentuman batu terdengar melayang di udara. Polisi yang bersiaga dengan tameng segera bergerak menghalau.
Lemparan dari massa dibalas dengan tembakan gas air mata. Aksi saling lempar pun terjadi. Beberapa anggota polisi dan orang berpakaian sipil tampak ikut melempar ke arah massa.
“Tak ada dialog, tiba-tiba ada lemparan dari belakang tadi,” ujar salah satu peserta aksi kepada Sentrum.
Di tengah kekacauan, mahasiswa mengaku tak ingin bentrok dengan warga sekitar. Dandim 1406/Palopo kemudian turun langsung menemui massa dan memfasilitasi pertemuan dengan tokoh masyarakat.
“Kami hargai anak kami ini, tapi sampaikan saja aspirasinya,” kata Yacon Paranduk, tokoh masyarakat setempat dan juga Lurah Batu Walenrang.

“Kehadiran kami di sini hanya ingin menyampaikan aspirasi dan itu hanya kepentingan rakyat,”timpal seorang peserta aksi merespons imbauan dari tokoh masyarakat.
Sekitar pukul 17.10 WITA, massa didampingi Dandim dan tokoh masyarakat kembali masuk ke gedung untuk berdialog. Namun, upaya dialog kembali gagal.
Beberapa saat kemudian, lemparan kembali terjadi dari arah dalam gedung DPRD ke arah kerumunan massa. Gas air mata kembali ditembakkan, dan massa pun kembali terpencar.
Kericuhan terus terjadi hingga menjelang malam. Aksi dinyatakan bubar sekitar pukul 19.00 WITA. Sejumlah orang dilaporkan mengalami luka-luka. Beberapa kaca kantor DPRD juga dilaporkan pecah akibat lemparan batu.
Informasi yang dihimpun Polisi mengamankan beberapa peserta aksi untuk dimintai keterangan. Hingga berita ini dilayangkan belum ada keterangan resmi dari pihak Mapolres Palopo.
(Sn/Jn)
Tinggalkan Balasan