Tinggal di Sekitar Bendungan, Warga Balambano Desak PT Vale Gratiskan Listrik

PLTA Balambano, salah satu dari tiga PLTA penyuplai listrik untuk produksi nikel PT Vale Indonesia. (FT: Ist)

SENTRUMnews.com, LUWU TIMUR – Puluhan warga yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Desa Balambano menggelar unjuk rasa jilid ketiga di Tugu Nanas, Desa Tabarano, Kecamatan Wasuponda, Luwu Timur, Jumat 1 Oktober 2025.

Mereka menuntut PT Vale Indonesia menggratiskan listrik bagi warga yang tinggal di sekitar bendungan PLTA milik perusahaan.

Dilaporkan, sekitar 50 orang massa aksi membakar ban bekas dan menahan laju bus operasional PT Vale. Aksi sempat memicu ketegangan dengan aparat kepolisian, namun situasi tetap terkendali.

Koordinator lapangan aksi, Yolan Johan Geso, menyampaikan bahwa unjuk rasa ini merupakan bentuk kekecewaan terhadap PT Vale Indonesia. Menurut dia, perusahaan tidak menunjukkan itikad baik menindaklanjuti kesepakatan dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) yang telah digelar pada 18 Juli 2025 lalu.

“Sudah 15 hari sejak RDP dilaksanakan, namun hingga kini belum ada komunikasi dari pihak PT Vale terkait fasilitasi RDP lanjutan. Kesabaran kami perlahan habis,” ujar Yolan dalam keterangan tertulis yang diterima Sentrum, Jumat (1/8/2025).

Yolan menyebut keberadaan PLTA di Dusun Balambano menjadi sumber utama energi operasional tambang, namun masyarakat sekitar justru tidak menikmati akses listrik secara gratis.

“Wilayah ini adalah jantung produksi Vale, tapi kami tidak pernah dilirik,” katanya.

Ia menegaskan jika tuntutan warga tidak digubris hingga 13 Agustus 2025, aliansi akan memperluas gerakan. Mereka berencana mengajak elemen pemuda dan mahasiswa se-Luwu Raya untuk turun ke titik produksi utama, seperti GET 1 dan GET 6.

“Kalau tuntutan terus diabaikan, kami siap ekspansi gerakan,” tegas Yolan.

Ia juga meminta semua pihak, termasuk eksekutif, legislatif, dan PT Vale, untuk tidak menutup mata terhadap aspirasi yang telah disuarakan selama lebih dari tiga bulan.

“Lebih baik mati di medan perjuangan daripada hidup dalam jajahan kapitalisme,” tutupnya. (Rs/Jn)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini