Tugu Proklamasi Jadi Titik Doa 6 Agama dan Harapan 80 Tahun Indonesia Merdeka
SENTRUMnews.com JAKARTA – Menjelang peringatan 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia, pemerintah menggelar acara Doa Kebangsaan Lintas Agama di Tugu Proklamasi, Jakarta, pada Jumat 1 Juli 2025.
Lokasi bersejarah itu kembali menjadi simbol pemersatu bangsa, sekaligus ruang spiritual bersama. Acara ini diikuti sekitar 1.500 peserta dari berbagai latar belakang agama. Enam tokoh lintas agama memimpin doa secara bergantian dalam suasana yang khidmat dan penuh makna.
Ruang Spiritual Kebangsaan
Tugu Proklamasi dipilih sebagai lokasi karena nilai sejarahnya yang kuat. Di tempat inilah proklamasi kemerdekaan Indonesia dikumandangkan pada 17 Agustus 1945 oleh Soekarno dan Mohammad Hatta.
Kini, delapan dekade kemudian, monumen tersebut kembali menjadi titik refleksi, tempat umat beragama bersatu dalam doa untuk masa depan bangsa.
Doa adalah Kekuatan
Menteri Agama Nasaruddin Umar dalam sambutannya menyampaikan bahwa kemerdekaan harus terus diisi dan dijaga. Salah satu caranya adalah lewat doa sebagai kekuatan moral dan spiritual.
“Doa adalah kekuatan yang bisa menjaga persatuan dan membangun masa depan bangsa,” kata Nasaruddin dikutip dari laman Setkab, Sabtu (2/8/2025).
Toleransi dan Pluralisme
Doa dipimpin oleh perwakilan enam agama, yakni Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Momen ini disebut sebagai wujud nyata semangat Bhinneka Tunggal Ika, di mana keberagaman menjadi kekuatan.
Lantunan doa dari para tokoh agama berlangsung hening dan penuh harapan. Seluruh peserta menyatukan hati, mendoakan Indonesia yang lebih damai, adil, dan sejahtera.
Doa lintas agama ini bukan hanya acara simbolik. Pemerintah ingin mengingatkan bahwa kekuatan bangsa ini tak hanya terletak pada aspek politik atau ekonomi, tapi juga pada nilai-nilai spiritual dan kemanusiaan.
Tantangan 80 Tahun Kemerdekaan
Memasuki usia ke-80, Indonesia menghadapi berbagai tantangan seperti ketimpangan sosial, perubahan iklim, intoleransi, dan perkembangan teknologi. Doa bersama di Tugu Proklamasi menjadi pengingat bahwa persatuan dan nilai kemanusiaan tetap harus dijaga di tengah perubahan zaman.
Kini, di titik yang sama, harapan baru bagi masa depan bangsa didoakan bersama—bukan oleh satu suara, melainkan oleh banyak suara yang menyatu. (Rs/Jn)
Tinggalkan Balasan